Dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin dinamis, pemikiran Islam memiliki peran yang penting dalam mengarahkan umat muslim dalam menjalani kehidupan. Salah satu pemikir Islam yang memberikan sumbangsih besar dalam bidang ini adalah Ustad Wido Supraha, seorang pemateri dan sarjana yang telah menyelesaikan pendidikan S3 Ibnu Khaldun Pemikiran. Saat ini, beliau menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pusat. Dalam pemikirannya, beliau menekankan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh umat Muslim dalam menyongsong perubahan.
Islam Memuliakan Perempuan
Salah satu konsep yang dikemukakan oleh Ustad Wido Supraha adalah "Ru'yatul Islam lil wujud" yang berarti "Melihat Islam dalam Wujud". Konsep ini mengajarkan umat Muslim untuk melihat segala aspek kehidupan dalam kacamata Islam. Sebagai contoh, bagaimana seorang suami melihat istrinya. Dalam perspektif Islam, perempuan memiliki kedudukan yang tinggi dan merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Pernikahan juga dianggap sebagai cara Allah memuliakan perempuan, di mana sebelum Islam, perempuan tidak memiliki hak-hak yang sama.
Ustad Wido Supraha juga menyoroti pentingnya musyawarah dalam pengambilan keputusan. Beliau menegaskan bahwa sistem voting tidak adil, karena dalam pandangan agama, satu preman dianggap setara dengan satu ulama. Agama mengajarkan pentingnya musyawarah dalam mencapai kesepakatan yang adil. Dalam hal ini, Islam mengajarkan prinsip musyawarah untuk menghindari ketidakadilan dan memperoleh keputusan yang bersifat inklusif.
Asal Mula Feminisme dan Penjajahan
Selain itu, Ustad Wido Supraha juga mengulas tentang filsafat yang berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Dalam pemikirannya, beliau membahas pandangan Aristoteles tentang perempuan, di mana Aristoteles menyatakan bahwa perempuan adalah "defeat-male" yang artinya "laki-laki yang gagal". Ustad Wido Supraha juga membahas kepercayaan Barat terhadap perempuan, yang menganggap perempuan sebagai sumber dosa, nenek sihir, dan bahkan mengalami pembakaran hidup pada abad ke-16. Keadaan inilah yang kemudian melahirkan gerakan feminisme. "Fei-mines-isme" atau "Fei (Tuhan)-mines (kurang)-isme (ajaran)" mengandung makna kurangnya ajaran Tuhan dalam kehidupan.
Beliau menyebutkan bahwa doktrin Katolik tidak menerima perbedaan dan menjelaskan pandangan Katolik yang memercayai bahwa di mana pun tidak ada Katolik, maka tanah tersebut menjadi milik Tuhan yang kosong. Hal ini menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya penjajahan.
Ustad Wido Supraha mencoba menelusuri akar penyebab terjadinya feminisme. Beliau mengidentifikasi diskriminasi dan patriarki sebagai faktor utama yang memicu gerakan feminisme. Diskriminasi terhadap perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam akses pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik, menjadi salah satu penyebab terjadinya ketidakadilan gender. Sementara itu, sistem patriarki yang memberikan dominasi laki-laki dalam struktur kekuasaan juga menjadi kendala bagi perempuan dalam mencapai kebebasan dan kesetaraan.
Islam Hadir Sebagai Panduan
Dalam konteks ini, Islam hadir sebagai agama yang memberikan panduan dan aturan yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Ustad Wido Supraha menyoroti pentingnya pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam dalam mengatasi permasalahan sosial, termasuk isu gender. Islam menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan, serta melarang segala bentuk diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
Selain itu, dalam melihat perkembangan zaman dan perubahan sosial yang terjadi, Ustad Wido Supraha juga membahas konsep worldview atau pandangan dunia. Beliau mencontohkan pemahaman terhadap industri dari berbagai era, mulai dari revolusi industri 1.0 dengan teknologi mesin uap hingga era revolusi industri 4.0 dengan kecerdasan buatan (AI). Dalam konteks ini, beliau menyadarkan bahwa perkembangan teknologi dan industri tidak dapat dipisahkan dari perjalanan peradaban manusia.
Selain itu, Ustad Wido Supraha juga menyinggung peran penting ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam memahami agama dan sejarah. Beliau menyebutkan bahwa orang yang mempelajari sejarah telah memahami 50% materi Islam. Filsafat juga menjadi bagian penting dalam pemikiran mendalam, karena melalui pemikiran filosofis, manusia dapat melakukan refleksi dan analisis yang lebih mendalam terhadap realitas kehidupan.
Islam dan Media Sosial
Pemikiran Ustad Wido Supraha juga mengkritisi pandangan negatif terhadap Islam yang seringkali dipropagandakan melalui media sosial. Beliau menegaskan bahwa Islam radikal tidak dapat disimpulkan hanya berdasarkan pandangan sempit dari sebagian kecil individu. Keberagaman pemahaman dan konteks harus dipertimbangkan dalam menggali pemahaman yang benar terhadap agama.
Dalam menutup artikel ini, Ustad Wido Supraha memberikan beberapa rekomendasi kepada umat Muslim. Pertama, beliau mendorong untuk membaca buku-buku yang membahas tentang Islam dan sekularisme guna memperdalam pemahaman. Kedua, beliau mengajak untuk melakukan prerogatif, yaitu melakukan refleksi dan introspeksi diri untuk mengembangkan pemikiran yang kritis dan terbuka.
Dalam rangka menyongsong perubahan, pemikiran Islam yang dihadirkan oleh Ustad Wido Supraha memiliki peran yang sangat penting. Pemikirannya yang mendalam dan berdasarkan pada pengetahuan serta pemahaman yang luas tentang agama Islam dan pemikiran filosofis memberikan kontribusi besar dalam membimbing umat Muslim dalam menghadapi perubahan zaman dan tantangan yang ada.
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti saat ini, Ustad Wido Supraha menekankan pentingnya memperoleh sumber-sumber primer dalam mencari pengetahuan. Beliau mengajak umat Muslim untuk melakukan riset yang lebih mendalam, menggali sumber-sumber asli, dan menghindari sekadar mengandalkan informasi dari sosial media yang seringkali penuh dengan bias dan pemahaman yang sempit.
Berhati-hati Menggunakan Istilah
Dalam pemaparan tersebut, Ustaz Wido Supraha menanyakan apakah kita harus menjadi muslim yang humanis? Jika iya, maka jawaban tersebut sejatinya bertentangan dengan makna Humanism dari the Oxford Advanced Learner's Dictionary yang berarti a system of thought that considers that solving human problems with the help of reason is more important than religious beliefs. It emphasizes the fact that the basic nature of humans is good.
Pada makna yang dikutip dari Kampus Oxford tersebut, menjelaskan bahwa Humanism lebih mementingkan pemikiran manusia dibanding kepercayaan agama. Oleh sebab itu, sebagai muslim kita harus berhati-hati dalam memakai istilah.
Selain itu, Ustad Wido Supraha juga menyoroti pentingnya menggali pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama. Beliau mengajak umat Muslim untuk mengembangkan pemahaman yang lebih luas dan mendasar, dengan merujuk pada sumber-sumber primer seperti Al-Quran dan hadis. Dalam menghadapi perubahan zaman, pemahaman yang benar terhadap agama menjadi landasan yang kuat dalam menjaga identitas dan nilai-nilai Islam yang murni.
Dalam penutup, pemikiran Ustad Wido Supraha memiliki nilai yang sangat penting dalam menyongsong perubahan zaman. Pemikirannya yang kaya akan pengetahuan agama dan pemikiran filosofis memberikan arah yang jelas bagi umat Muslim dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, budaya, dan teknologi yang terus berkembang. Dengan menggali pemahaman yang mendalam, menggunakan akal yang bijaksana, dan mengutamakan ilmu pengetahuan, umat Muslim dapat menjaga kebenaran nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Semoga pemikiran-pemikiran yang dihadirkan oleh Ustad Wido Supraha dapat terus memberikan inspirasi dan panduan yang berharga bagi umat Muslim dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
Pemateri : Ustaz Dr. Wido Supraha Waktu : Ahad, 11 Juni 2023 Tempat : Rumah Dakwah Al-Hujah Pencatat : Isma'ul Ahmad