Membaca buku ini, seolah saya dibawa melintas waktu, hidup sezaman dengan Maria, Siti Maryam. Menyaksikannya mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan di dalam bait suci, merasakan kesakitan luar biasa ketika ia hendak melahirkan bayi mungil pembawa mukjizat sampai-sampai suara keinginannya untuk mati karena tidak sanggup menanggung penderitaan melahirkan terus berdengung di telinga. Kemudian, merasakan betapa remuk hatinya dituduh sebagai wanita pezina oleh orang-orang di sekelilingnya. Perasaan itu tiba-tiba berubah tatkala bayi itu menepis tuduhan tidak berdasar itu dengan berkata,
"Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,"
Membaca ini, seolah mesin waktu melempar saya ke waktu tatkala Jakarta yang kala itu masih bernama Batavia berada di bawah pendudukan kompeni. Keangkuhan orang-orang kulit putih dengan segala kekuasaan dan kesewenang-wenangannya, cara bicara warga keturunan Tionghoa yang khas, dan keluguan orang-orang Jawa dalam berkata dan berperilaku. Ditambah, kehidupan sehari-hari warga Batavia, Intrik dengan penguasa, hingga perbudakan yang masih mengakar, begitu jelas digambarkan.
Menyelami satu per satu kata, membuat saya seolah tidak membaca buku, tetapi seperti sedang menonton sebuah film. Mengagumkan!
@apostrof_books Pict by @bentangpustaka