Pemateri : Ust. Yogi Theo Rinaldi, M. Phil.
Pendidikan : Universitas Indonesia - RZS - CASIS UTM Kuala Lumpur
Kegiatan : YISC Al-Azhar
Pelaksanaan : Ahad, 22 Januari 2022
Pencatat : Isma'ul Ahmad
Hakikat Adab dan Ilmu
Boleh saja lafadz 'adab' terdengar sederhana, namun, ia memiliki makna yang agung. Adab merupakan tema yang paling mudah dipahami, namun sayangnya, paling sulit diterapkan. Ketiadaan adab ini seringkali membuat kita terjebak dalam kenikmatan duniawi sehingga kita kesulitan dalam menikmati kelezatan iman dan ilmu.
Padahal, seluruh perkara agama itu adalah perkara adab, karena adab merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW dijadikan sebagai contoh adab terbaik yang harus diikuti oleh umatnya. Dengan mempelajari adab, kita dapat memaknai arti sebenarnya dari adab itu sendiri.
Sementara itu, ilmu adalah sesuatu paling problematik. Mengapa demikian? Ilmu dapat dikatakan sebagai sesuatu yang problematik karena beberapa alasan, di antaranya:
- Ilmu memiliki batas-batas yang terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan-penemuan baru.
- Ilmu tidak selalu menyediakan jawaban pasti atau mutlak terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diangkat.
- Ilmu memiliki berbagai perspektif dan interpretasi yang berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan perbedaan pendapat.
- Ilmu seringkali diinterpretasikan dengan cara yang salah atau tidak tepat, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
- Ilmu tidak selalu dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang kompleks dan multidimensional.
Meski demikian, salah seorang ulama besar islam mencoba menguraikan segala problematik tersebut dalam kitab paling tebal dan terbesar dalam sejarah. Karya fenomenal tersebut adalah Kitab Al-Funun. Kitab ini ditulis oleh ulama besar Hanbali bernama Ibnu 'Aqil asal Baghdad (431-513 H). Kitab Al-Funun ini terdiri dari 800 jilid dan memuat 400 cabang ilmu. Apabila dijejerkan, panjangnya mencapai 40 meter. Kitab Al-Funun jauh lebih tebal jika dibandingkan dengan buku paling tebal yang pernah dicatat Guinnes World Record, yakni Shree Haricharitramrut Sagar setebal 12.404 halaman.
Sedangkan Imam Syafii menjelaskan ada enam syarat dalam menuntut ilmu sebagaimana tertulis dalam Syi’ir Nadhom Kitab Alala Tanalul ‘Ilma yang dikarang oleh Muhammad Abu Basyir Al-Dimawi.
اَلاَ لاَتَÙ†َــــالُ الْعِـــلْÙ…َ اِلاَّ بِســــــِتَّØ©ٍ ۞ سَØ£ُÙ†ْبِÙŠْÙƒَ عَÙ†ْ Ù…َجْÙ…ُÙˆْعِÙ‡َا بِبَÙŠَانٍ
(Ingatlah, kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara, akan saya jelaskan semuanya dengan terperinci)
Ø°ُÙƒَاءٍ ÙˆَØِرْصٍ ÙˆَاصْØ·ِبَارٍÙˆَبُÙ„ْغَØ©ٍ ۞ ÙˆَاِرْØ´َادُ اُسْتَاذٍ ÙˆَØ·ُÙˆْÙ„ِ زَÙ…َانٍ
(Cerdas, semangat, sabar, dan biaya, serta petunjuk guru dan masa yang lama)
Dengan memahami makna syi'ir di atas, maka tidak heran jika upaya dalam meraih ilmu bukanlah hal mudah. Hal ini ditegaskan oleh ungkapan Imam Syafii, ”Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.”
Art of Learning
Al-Quran bukan sekadar lafaz, tetapi juga merupakan sumber pemahaman yang seharusnya diterapkan dalam ilmu-ilmu lain. Hal ini dikarenakan Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT yang mengandung hikmah dan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun, cara belajar yang kita terapkan selama ini tidak selalu metodis dan manhaji. Padahal, buku yang kita pelajari dalam kehidupan lebih kompleks. Hal ini, menuntut kita menemukan metode belajar yang tepat dan berjenjang. Misalnya, dalam proses belajar Al-Quran, kita tidak hanya dituntut untuk memahami tajwid atau tahsin, tetapi juga dituntut untuk memahami makna dan penerapan dari ayat-ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari tafsir Al-Quran, yang merupakan pengertian dari ayat-ayat Al-Quran.
Sementara itu, hadits merupakan sumber ilmu yang sangat penting dalam pembelajaran agama Islam. Hadits merupakan kumpulan pernyataan, tindakan, dan persetujuan Rasulullah SAW yang dijadikan sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari hadits, kita dapat memahami ajaran Islam dengan lebih baik dan menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari.
Disiplin
Disiplin merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Disiplin yang dimaksud dalam konteks ini adalah takdib, yang merupakan peradaban yang diterapkan dalam kehidupan. Takdib merupakan proses pembentukan karakter manusia yang baik dan bermoral.
Takdib diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan kerja. Dalam keluarga, takdib diterapkan dengan cara mendidik anak dengan baik dan benar agar dapat menjadi anak yang berkarakter baik. Dalam sekolah, takdib diterapkan dengan cara mengajarkan sikap disiplin dan tanggung jawab kepada siswa.
Dalam masyarakat, takdib diterapkan dengan cara menjunjung tinggi norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan dalam lingkungan kerja, takdib diterapkan dengan cara mematuhi peraturan dan aturan yang berlaku dalam perusahaan.
Cakrawala Pemahaman
Tanpa cakrawala pemahaman yang baik, kita tidak dapat mempelajari ilmu dengan baik. Dalam proses belajar, kita harus memiliki dasar yang kuat agar dapat memahami ilmu yang diterima dengan baik.
Contohnya, seorang murid yang bertanya, "dari mana datangnya air?" pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang indirect, karena air dapat datang dari berbagai sumber seperti hujan, mata air, dan lainnya. Namun jika pertanyaan yang diajukan adalah "Bagaimana mekanisme terjadinya hujan?" maka pertanyaan tersebut lebih tepat dan memiliki cakrawala pemahaman yang baik.
Sama halnya dengan pertanyaan, "bagaimana mekanisme terjadinya fatamorgana?" Pertanyaan ini juga memiliki cakrawala pemahaman yang baik, karena menjelaskan bagaimana fatamorgana terjadi dan menunjukkan bahwa penanya memiliki pemahaman yang baik tentang fatamorgana.
Dalam proses belajar, kita harus mengembangkan cakrawala pemahaman yang baik dengan cara memahami dasar-dasar ilmu yang akan kita pelajari, sehingga kita dapat memahami ilmu yang diterima dengan baik dan dapat mengajukan pertanyaan yang tepat.
Ethical Devotional Practice
Ethical devotional practice merupakan praktik yang penting dalam proses menuntut ilmu. Penuntut ilmu itu memiliki sikap puitis. Sebab, ia senantiasa menempatkan doa, tahajjud, dan sedekah sebagai cara untuk mengundang keberkahan Allah dalam proses belajar. Hal ini dikarenakan, menuntut ilmu adalah aktivitas shaleh yang tidak sekuler.
Contohnya, Al-Jahiz, seorang penulis kitab al-Hayawan yang sangat miskin tapi tidak putus asa dalam menuntut ilmu. Dia memiliki cara untuk mencari uang dengan berdagang, dan ketika dia mendapatkan uang, ia menggunakannya untuk belajar. Ia tahu bahwa uang yang diperoleh tidak banyak, sehingga ia pergi ke toko buku dan menginap di toko buku dengan membayar sejumlah uang. Al-Jahiz membaca buku-buku yang ada di toko buku tersebut. Saking miskinnya, ia juga mencari barang-barang yang dapat dijual untuk mendapatkan uang untuk belajar.
Kisah tersebut mengandung makna untuk tidak berhenti di iqro, tetapi sambungkan dengan ayat seterusnya bismirobbikalladzi kholaq, dan seterusnya. Sebab, belajar adalah proses panjang yang berlangsung seumur hidup. Namun ingat, menuntut ilmu adalah aktivitas shaleh yang harus dijalankan dengan adab yang baik. Adab ditekankan untuk memastikan bahwa tindakan kita sesuai dengan nilai-nilai yang kita hormati.
Kedudukan Orang yang Berilmu
Menurut Al-Quran, Allah mengangkat orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Namun, ilmu yang diterima merupakan pemberian Allah, sehingga kita harus bersyukur dan tidak merasa sombong atas ilmu yang kita miliki.
Siapa yang menempuh suatu perjalanan menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan perjalanannya menuju surga. Hal ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah suatu amal shaleh yang akan mendapat pahala dari Allah. Selain itu, para malaikat, semut, dan ikan juga akan mendoakan orang yang sedang menuntut ilmu.
Perbedaan Fakir dan Miskin
Fakir dalam Islam adalah orang yang tidak memiliki mata pencaharian atau harta. Selain itu, fakir tidak dimiliki oleh siapa pun. Tidak seperti hamba sahaya yang dimiliki oleh tuannya. Fakir paling lemah adalah fakir yang tidak memiliki keberadaan atau kedirian sendiri.
Kedua, yaitu miskin. Miskin adalah orang yang tidak memiliki harta, tetapi memiliki pekerjaan. Miskin memiliki sumber pendapatan, tetapi masih tidak memiliki banyak harta. Miskin adalah orang yang memiliki keberadaan dan kedirian sendiri, tetapi masih membutuhkan bantuan dari orang lain.
Perbedaan Makna Kata "Murid" dan "Thalib"
Secara bahasa, "murid" bermakna orang yang dikehendaki (oleh Allah dipahamkan dalam agama). Jika ditelaah, ini mengandung makna yang sangat agung. Allah memberi hikmah dan kebaikan yang banyak kepada siap pun yang Dia kehendaki. Jika Allah berkehendak memberi kebaikan kepada seorang Hamba, Allah fakihkan dia dalam pemahaman agama. Sehingga, sebagai seorang murid, kita tidak bisa berlaku angkuh dan terlampau percaya diri, bahwa ilmu itu adalah buah hasil kerja keras kita sendiri.
Berbeda dengan istilah "Thalib", yang sekadar bermakna penuntut ilmu, yang menggambarkan seolah-olah ilmu itu hanya didapat dari buah kerja diri kita sendiri, tanpa melibatkan Allah di dalamnya.
Bahagia Ditentukan oleh Tingkat Kebersyukuran Kita
Ada orang yang memiliki sedikit harta tapi bersyukur, ada juga yang memiliki banyak harta tapi tidak bersyukur. Hal ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimiliki, melainkan oleh tingkat kebersyukuran kita.
Makna Ikhtiyar
Iman harus dilandasi oleh ilmu. Tanpa ilmu, hal tersebut dapat membahayakan diri kita. Contohnya, banyak orang yang menggunakan narkoba karena kebodohan mereka. Dengan ilmu, kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam memilih sesuatu, kita harus melakukan ikhtiyar yang berasal dari kata khair, yang berarti pilihan yang baik. Pilihan yang buruk tidak bisa disebut sebagai ikhtiyar. Contohnya, mencari uang dengan menipu adalah pilihan yang buruk, bukan ikhtiyar yang baik.
Adab adalah Jamuan
Secara umum, makna adab adalah jamuan. Adab adalah cara kita bersikap dan berperilaku dalam situasi tertentu, seperti dalam jamuan. Dalam konteks ini, jamuan tidak hanya dalam bentuk makanan dan minuman, namun juga dalam bentuk interaksi sosial.
Sesungguhnya Al-Quran adalah hidangan jamuan Allah di muka bumi. Al-Quran merupakan petunjuk hidup yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia. Seperti kita mengenakan pakaian terbaik ketika diundang oleh orang terhormat, kita juga harus menjemput Al-Quran dengan pakaian yang baik. Yakni dengan menghormatinya, mendengarkannya, dan memahaminya sebaik-baiknya.
Adab dalam menuntut ilmu juga sangat penting. Kita harus menjemput ilmu dengan pakaian yang baik, yaitu niat yang baik, pakaian yang menutup aurat, menghormati para ahlul ilmu, dan sebagainya.
Sumpah dalam Al-Qur'an
Jika sesuatu dimulai dengan sumpah, maka itu menandakan bahwa Allah hendak menyampaikan sesuatu yang luar biasa. Dalam Al-Quran, Allah bersumpah dengan mawaqi' wannujum, yaitu tempat beredarnya bintang-bintang. Hal ini menunjukkan betapa penting dan luar biasa apa yang akan disampaikan.
Thoharotul Qulub
Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa di dalam lauhul mahfuz, yaitu catatan amal manusia yang tidak disentuh kecuali dalam keadaan suci. Ini menunjukkan betapa pentingnya pensucian hati (thoharotul qulub) dalam menghadapi catatan amal kita di akhirat nanti.
Thaharoh atau pensucian tidak hanya berwudhu, tapi juga mencakup pensucian hati. Kita harus membersihkan hati kita dari segala keburukan dan kebodohan sebelum menghadapi sesuatu yang luar biasa. Sumpah Allah merupakan peringatan akan pentingnya ketaqwaan dalam segala hal yang kita lakukan.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an
Al-Quran dalam surah Al-Baqarah menceritakan tentang Adam dan kisah-kisah yang berhubungan dengan Yahudi dan Bani Israil. Mengapa Al-Quran memilih untuk menceritakan kisah-kisah ini? Dalam pandangan awam, mungkin tampak tidak ada kaitan antara kisah-kisah tersebut dengan pokok pembahasan Al-Quran. Namun, sebenarnya kisah-kisah tersebut sangat erat kaitannya dengan pokok pembahasan Al-Quran.
Kisah-kisah yang diceritakan dalam surah Al-Baqarah memiliki makna yang dalam dan penting bagi umat manusia. Contohnya, kisah Adam menceritakan tentang asal-usul manusia dan peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Kisah Yahudi dan Bani Israil menceritakan tentang perjuangan umat-umat terdahulu dalam menegakkan agama dan perjuangan mereka dalam menghadapi tantangan.
Kisah-kisah tersebut juga memberikan pelajaran dan pengajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kisah Bani Israil yang kerap tidak taat kepada perintah Allah mengingatkan kita akan pentingnya taat kepada perintah Allah dan menghindari sikap-sikap yang menyebabkan kita dijauhkan dari kebenaran.
Secara keseluruhan, kisah-kisah yang diceritakan dalam surah Al-Baqarah memiliki kaitan erat dengan pokok pembahasan Al-Quran dan memberikan pengajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tazkiyatun Nufuz Menurut Imam Syafii
Menurut Imam Syafii, sholat adalah salah satu ibadah yang sangat penting dalam agama Islam. Sholat tidak dapat dilakukan tanpa wudhu yang baik dan benar. Wudhu menunjukkan kesucian dan ketaqwaan seseorang dalam melakukan ibadah. Begitu pula ilmu, ia harus diterapkan dengan hati yang bersih dan suci.
Imam Syafii juga menyatakan bahwa ilmu adalah seperti sholat bagi hati. Ilmu memperkuat iman dan menjadi pedoman dalam mengarahkan hidup ke jalan yang benar. Seperti sholat, ilmu juga harus dilakukan dengan kesungguhan dan konsistensi agar hasilnya maksimal.
Sedangkan ahlak bagai wudhu dalam sholat. Ahlak yang baik merupakan dasar dalam melakukan ibadah, seperti wudhu merupakan dasar dalam melakukan sholat. Tanpa ahlak yang baik, ibadah yang dilakukan tidak akan memiliki nilai yang sesungguhnya.
Imam Syafii juga menyebutkan Tazkiyatun Nufuz (Membersihkan jiwa) sebagai misi besar yang diemban oleh para nabi.
Ilmu Menurut Imam Al-Ghozali
Menurut Imam Al Ghozali, ilmu adalah cahaya yang membantu kita dalam menyelami dunia dan menjalani kehidupan. Ilmu adalah cermin yang memantulkan cahaya ini ke dalam hati kita. Namun, jika cermin tersebut kotor atau tidak menghadap sumber cahaya yang sebenarnya, maka ilmu yang kita dapatkan akan terpantul dan tidak sepenuhnya bermanfaat. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesucian hati kita agar dapat menerima ilmu dengan baik.
Adab dalam agama Islam memiliki dua dimensi, yaitu dimensi batin dan lahir. Dimensi batin meliputi sikap ikhlas dalam melakukan sesuatu, sedangkan dimensi lahir meliputi tindakan-tindakan seperti berwudhu, wirid, doa, dan sholat.
Ikhlas dalam agama Islam diterjemahkan sebagai kholis. Kholis berarti suci dan murni dari segala pengaruh yang tidak seharusnya. Ikhlas dalam akidah berarti menafikan segala yang mempengaruhi ketauhidan kita, sedangkan ikhlas dalam amal berarti melakukan sesuatu tanpa maksud lain selain mencari ridha Allah.
Labanun khlolis adalah contoh dari ikhlas yang sesungguhnya. Labanun khlolis adalah susu yang diperah dari dua zat yang mengkontaminasi, yaitu darah dan tanah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesucian dalam melakukan sesuatu.
Imam Al Ghozali juga mengingatkan bahwa kita sering berkata bahwa kita membaca di waktu senggang, tetapi sebenarnya kita senggangkan waktu untuk membaca. Kita juga sering membaca ketika lelah, padahal kondisi ini tidak setimpal dengan ilmu yang hendak kita peroleh.
Ulama dan Peninggalannya
Permintaan yang kita ajukan kepada Tuhan dapat diijabah jika kita berwasilah atau bertawasul dengan melakukan amal shaleh. Amal shaleh adalah perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik, sesuai dengan ajaran agama. Seperti mendoakan guru, orang tua, dan teman-teman kita. Hal ini dapat meningkatkan kekuatan doa kita dan membuat permintaan kita lebih diterima oleh Tuhan.
Ulama adalah orang yang ahli dalam ilmu agama. Mereka memiliki aktivitas yang sama dengan kita, yaitu menjalankan amal shaleh dan berdoa. Namun, mereka juga dikenal sebagai penulis kitab-kitab agama yang banyak. Hal ini dikarenakan ulama memiliki ilmu yang lebih mendalam tentang agama, sehingga mereka dapat menulis kitab-kitab yang dapat membantu umat Islam dalam meningkatkan keimanannya.
Rasulullah saw. hanya berusia 62 tahun saat beliau wafat. Namun, peninggalan peradabannya sampai sekarang masih sangat nyata. Rasulullah saw. telah menyebarkan ajaran agama Islam dengan sangat baik selama hidupnya. Ajaran-ajarannya yang ditinggalkan sangat bermanfaat bagi umat Islam sampai sekarang. Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh Rasulullah saw. dalam dunia dan sejarah.
Penghormatan Terhadap Ilmu
Al-Quran adalah lambang ilmu. Al-Quran adalah sumber ilmu yang paling utama bagi umat Muslim. Di dalamnya terdapat berbagai macam ilmu, mulai dari ilmu agama, ilmu sosial, ilmu politik, hingga ilmu pengetahuan umum. Al-Quran juga mengajarkan kita tentang adab, yaitu tata cara hidup yang baik sesuai dengan ajaran agama. Dengan mempelajari Al-Quran, kita dapat meningkatkan ilmu dan adab kita.
Adab adalah pengakuan tempat-tempat dari segala sesuatu yang sebenarnya. Sebagai contoh, peci bukan sepatu, sehingga kita tidak boleh menaruhnya di rak sepatu. Salah menempatkan barang adalah kebiadaban kepada barang tersebut. Hal ini juga berlaku pada bahasa, adab dalam bahasa akan memunculkan keindahan bahasa dalam sastra. Dalam bahasa Arab, sastra dikenal dengan istilah adabiyah.
Ilmu agama harus ditempatkan paling utama dibanding ilmu-ilmu lain. Ilmu agama merupakan dasar dari segala ilmu, karena ilmu agama akan mengatur pandangan hidup kita. Ilmu-ilmu lain hanyalah sebagai pelengkap dari ilmu agama. Sehingga, jika kita ingin meningkatkan ilmu kita, maka ilmu agama harus kita tempatkan paling utama.
Ilmu agama merupakan inti dari segala ilmu. Ilmu-ilmu lain hanyalah sebagai pelengkap dari ilmu agama. Tanpa ilmu agama, ilmu-ilmu lain tidak akan memiliki makna yang sebenarnya. Ilmu agama memberikan landasan yang kuat bagi ilmu-ilmu lain, sehingga kita dapat menggunakan ilmu-ilmu tersebut dengan benar dan bermanfaat.
Sesi Pertanyaan
"Adab adalah perjamuan, di mana kita harus menghormati tuan rumah. Dalam pendidikan Barat, mereka memanggil guru mereka dengan sebutan nama. Namun, dalam Islam, kita diawali dengan panggilan 'guru' atau 'ustadz' dll. Namun, mengapa dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya, peradaban Barat lebih maju dibandingkan umat Islam? Seharusnya dengan adanya adab yang diajarkan dalam Islam, ilmu kita jauh lebih kuat dibandingkan peradaban Barat. Apa yang keliru dan apa yang harusnya kita perbaiki?"
Jawaban:
Rasulullah saw tidak meninggalkan warisan berupa i-phone atau barang-barang materialistik lainnya. Namun, yang beliau wariskan adalah akhlak yang luhur. Peradaban yang tinggi bukanlah tentang materialisme, tetapi lebih pada etika dan moral. Islam menekankan pentingnya etiket sosial dan moral dalam hidup. Hal ini dapat dilihat dari cara kita membedakan peran laki-laki dan perempuan, yang memiliki peran yang berbeda namun sama pentingnya.
Di sisi lain, orang Barat memiliki ilmu yang luas tetapi tidak selalu memiliki hikmah. Memang, kita sebagai umat Islam memiliki beban spiritual yang berat, sehingga kadang kita merasa terbebani dan terseok-seok. Namun, hal ini justru membuat kita menjadi peradaban yang langgeng. Pembicaraan tentang kejujuran, etika, dan ilmu akan selalu berlangsung selamanya, sementara teknologi akan menjadi usang setelah 10 tahun.
Menurut buku "Tragedi and Hope" karya Charles A. Beard, kemajuan orang-orang Barat memang terlihat nyata, namun ada satu kegagalan besar yaitu menghasilkan pemuda yang bertanggung jawab. Pemuda di Barat terlalu sibuk menuntut hak-hak mereka tanpa memikirkan kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan.
Sementara itu, kita sebagai umat Islam tidak keliru dalam orientasi gender, orientasi pernikahan, dan orientasi tujuan hidup. Kita diajarkan untuk selalu menjaga etika dan moral dalam hidup, sehingga kita tidak terjebak dalam kegagalan seperti yang dialami oleh peradaban Barat. Kegagalan lainnya, sastra Barat cenderung banyak menampilkan tragedi dan keputusasaan, sementara sastra Islam mengajarkan kebahagiaan dan keberkahan.