Suatu hari, Zulaikha bermimpi bertemu Yusuf. Dari mimpi itulah Zulaikha jatuh cinta pada sosok yang belum pernah ia temui secara langsung. Sehingga keluarlah kalimat-kalimat Zulaikha yang tercatat begitu indah.
"Wahai permata suci, dari tambang manakah engkau berasal? Engkau telah membawa pergi hatiku tanpa mengatakan padaku siapakah namamu atau dari manakah datangmu.
Dan aku tak mengetahui kemana aku akan bertanya. Aku tidak menghendaki siapa pun tertimpa cinta seperti ini. Aku tidak memiliki hati dan tidak pula memiliki hasrat hatiku sendiri.
Bayanganmu telah muncul padaku dan merampas tidurku. Ia telah membuat air mata dan darah hatiku mengalir. Tubuhku yang tak terbawa tidur menjadi lesu, dadaku terbakar.
Aduhai, tak dapatkah engkau memadamkan nyala ini? Mestikah engkau laksana nyala api yang membara?"
Dalam bahasa sufi, kalimat-kalimat itu disebut simbol "kehausan spiritual". Jiwa kita sebenarnya menjerit-jerit ingin bertemu dengan-Nya yang hakiki, batin kita sangat ingin bertemu Allah. Hanya saja nafsu kita, hasrat kita, dan ambisi kita menutupi itu semua.
Itulah simbol kerinduan Zulaikha pada Yusuf.
Di salah satu mimpinya yang terakhir, sosok ini mengaku sebagai Wasir Agung dari Mesir.
Sehingga Zulaikha membuka diri dan mengatakan siapa pun boleh melamar dirinya, dengan harapan datanglah sosok berciri seperti dalam mimpinya. Banyak raja-raja yang datang melamar, namun tak ada sosok yang ia cari. Hingga akhirnya datanglah seorang Wazir Agung dari Mesir.
Zulaikha menerima lamaran Wazir Agung itu. Begitu bertemu, ternyata bukan sosok yang ada dalam mimpinya, Wazir Agung itu bukan nabi Yusuf. Memang, kelak, setelah fitnah yang membuat Yusuf dipenjara, setelah keberhasilannya menafsirkan mimpi, dan berbagai macam kejadian lain, Yusuf akan diangkat menjadi Wazir Agung. Namun, untuk saat ini, bukanlah Yusuf yang menyandang gelar itu.
Zulaikha sudah terlanjur menerima lamaran itu. Zulaikha terus menerus menangis sampai ia mendapat petunjuk lain, bahwa ia akan bertemu Yusuf, melalui Wazir ini terlebih dahulu.
Kajian Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag
@apostrof.id
"Wahai permata suci, dari tambang manakah engkau berasal? Engkau telah membawa pergi hatiku tanpa mengatakan padaku siapakah namamu atau dari manakah datangmu.
Dan aku tak mengetahui kemana aku akan bertanya. Aku tidak menghendaki siapa pun tertimpa cinta seperti ini. Aku tidak memiliki hati dan tidak pula memiliki hasrat hatiku sendiri.
Bayanganmu telah muncul padaku dan merampas tidurku. Ia telah membuat air mata dan darah hatiku mengalir. Tubuhku yang tak terbawa tidur menjadi lesu, dadaku terbakar.
Aduhai, tak dapatkah engkau memadamkan nyala ini? Mestikah engkau laksana nyala api yang membara?"
Dalam bahasa sufi, kalimat-kalimat itu disebut simbol "kehausan spiritual". Jiwa kita sebenarnya menjerit-jerit ingin bertemu dengan-Nya yang hakiki, batin kita sangat ingin bertemu Allah. Hanya saja nafsu kita, hasrat kita, dan ambisi kita menutupi itu semua.
Itulah simbol kerinduan Zulaikha pada Yusuf.
Di salah satu mimpinya yang terakhir, sosok ini mengaku sebagai Wasir Agung dari Mesir.
Sehingga Zulaikha membuka diri dan mengatakan siapa pun boleh melamar dirinya, dengan harapan datanglah sosok berciri seperti dalam mimpinya. Banyak raja-raja yang datang melamar, namun tak ada sosok yang ia cari. Hingga akhirnya datanglah seorang Wazir Agung dari Mesir.
Zulaikha menerima lamaran Wazir Agung itu. Begitu bertemu, ternyata bukan sosok yang ada dalam mimpinya, Wazir Agung itu bukan nabi Yusuf. Memang, kelak, setelah fitnah yang membuat Yusuf dipenjara, setelah keberhasilannya menafsirkan mimpi, dan berbagai macam kejadian lain, Yusuf akan diangkat menjadi Wazir Agung. Namun, untuk saat ini, bukanlah Yusuf yang menyandang gelar itu.
Zulaikha sudah terlanjur menerima lamaran itu. Zulaikha terus menerus menangis sampai ia mendapat petunjuk lain, bahwa ia akan bertemu Yusuf, melalui Wazir ini terlebih dahulu.
Kajian Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag
@apostrof.id