Palestina, Maafkan kami yang hanya diam di negeri sendiri, negeri yang damai nan asri ini, yang tak mendatangi panggilan karena berlagak sibuk setiap hari, yang malas mengaji dan berkata nanti, nanti, dan nanti lagi.
Palestina, dunia memang tak pernah adil jika berbicara tentangmu. Sejak tragedi Nakbah hingga kini, dunia selalu saja tak mau tahu dan tak mau peduli.
Palestina, meski wajahmu tak lagi nampak di peta digital mana pun di dunia, namun senyum anak-anak di Tepi Barat hingga Jalur Gaza senantiasa terukir dan membekas di hati kami.
Dan itulah yang menjadi alasan kami untuk mencoba mengambil peran, meski sedikit. Sebab ketidakpedulian dan kediaman sejatinya adalah kejahatan.
Maka dari itu, agar dunia tahu riak-riak kecil yang sedang kami usahakan menjadi gelombang besar, biarkan kami sedikit membacakan puisi karya Taufiq Ismail dengan sedikit penggubahan.
"Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu?
Ketika anak-anak Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka?
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu?
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku."
Palestina, percayalah, kamu tidak sendiri. Saat muslim di dunia Arab tengah tertidur pulas, barangkali muslim dari Melayu Nusantara ini, tak lama lagi mengambil alih kendali.
@apostof.id
(Gambar dengan teknis pointilis, yang sudah tersimpan sewindu lamanya)