Kini Majnun terkenal di seluruh penjuru Arab, sebab sajak-sajak indah yang dibuatnya.
Satu hari, ia bertemu dengan sekelompok orang yang mengagumi sajak-sajaknya. Majnun melipat tangannya, matanya terpejam seolah sedang berdoa, dan sebuah sajak yang memuji kecantikan Layla keluar dari bibirnya.
Tiba-tiba saja secarik kertas yang diterbangkan oleh angin terjatuh di kaki Majnun. Di atasnya tertulis Layla dan Majnun. Seseorang di suatu tempat telah menuliskan nama sepasang kekasih itu seolah sedang merayakan perasaan cinta serta kesetiaan mereka.
Kerumunan yang mengelilingi Majnun bersorak sorai dengan gembira melihat pertanda ini. Tiba-tiba Majnun merobek kertas itu menjadi dua. Ia mengambil bagian yang bertuliskan Layla, meremasnya menjadi bola dan membuangnya ke belakang dari balik bahunya; bagian yang berisikan namanya disimpannya.
Kerumunan yang memandangnya menjerit heran.
Sebuah suara berteriak, "Apa maksudmu melakukan itu? Sikap macam apa itu? Untuk sekali saja, setidaknya tertulis di atas kertas, namamu dan nama kekasihmu dipersatukan, dan kini kau memisahkan dirimu darinya dan membuangnya. Jelaskan tindakanmu!"
Majnun tersenyum. "Tidakkah kau sadari, bahwa satu nama itu lebih baik daripada dua. Karena satu nama saja sudah cukup bagi kami berdua. Andai saja kau menyadari realitas cinta, kau akan melihat bahwa saat kau menggores seorang pecinta, maka yang kau temukan adalah kekasihnya. Tidakkah kau mengerti?"
Tampak jelas bahwa mereka semua tak mengerti maksudnya. "Tapi jika memang demikian, mengapa kau justru membuang nama Layla dan bukan namamu sendiri?"
"Jawabannya sederhana. Kita dapat melihat kerang namun tak dapat melihat mutiara yang tersimpan di dalamnya. Tidakkah kau mengerti? Nama seseorang itu hanyalah sebuah kerang dan tak lebih dari itu. Apa yang tersembunyi di balik kerang itulah yang terpenting. Aku adalah kerang dan Layla adalah mutiaraku; aku adalah kerudung dan Layla adalah wajah yang berada di balik kerudung itu."
@apostrof.id