Ada seseorang yang sangat mencintai Rabiah Al-Adawiyah. Satu hari ia datang, lalu Rabiah menanyakan satu hal padanya.
"Apa yang kau cintai dari aku?"
"Matamu, kesalehanmu."
Lalu Rabiah mengatakan,
"Kalau begitu, aku punya adik perempuan. Dia lebih muda. Lebih cantik. Matanya pun lebih indah. Dan dia lebih saleh daripada aku. Dan rasanya sesuai untukmu yang juga masih muda.
Itu dia di belakangmu!"
Lelaki itu langsung menoleh, mencari-cari adik perempuan yang disebut Rabiah.
Rabiah lalu berkata,
"Engkau pendusta! Adakah cinta menoleh kepada yang lain?
Pergilah wahai pendusta! Jika orang benar-benar mencintai, tidak mungkin ia menoleh kepada yang lain. Engkau tidak patut di sini."
Ternyata Rabiah menguji ketulusan cinta sang lelaki. Dan lelaki itu gagal membuktikannya.
Dari kisah ini, kita belajar satu hal. Seringkali kita mengatakan betapa kita mencintai Allah, namun ketika diuji dengan rupa-rupa kenikmatan dunia, tiba-tiba kita berpaling dan melupakan-Nya.
"... Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (61:5)
Bukankah seharusnya kita takut dan gemetar membaca ayat ini? Bagaimana jika sesekali kita mencoba berpaling, justru Allah semakin memalingkan hati ini, dan Dia tidak memanggil kita kembali pada jalan-Nya?
Kajian Syeikh Rohimuddin Al-Bantani
@apostrof.id