Aku telah melihat banyak senjata menumpahkan darah. Pedang dan parang mampu membunuh sejarak satu meter orang di hadapannya, bom Hiroshima mampu memusnahkan segala apa dalam radius 1,6 KM di sekelilingnya.
Namun, aku tak pernah melihat senjata yang mampu menembus sekat-sekat ruang dan waktu sekaligus menembus berjuta-juta kepala, selain pena yang mencipta kata-kata.
Sebaris kata-kata mampu menyembuhkan jiwa yang terluka, menenangkan hati yang gundah gulana, hingga berkelana ke tempat terpencil di ujung dunia seolah begitu nyata.
Kamu tahu mengapa? Dengan kata-kata, seseorang mampu menjelajahi tiap sudut megahnya Istanbul dalam semalam melalui buku yang ia baca, dengan kata-kata seseorang mampu menyaksikan gemuruhnya laut yang terbelah ketika Musa dikejar Firaun dan pasukannya, dan dengan kata-kata seseorang mampu merasakan betapa pilunya Rasulullah dilempari batu hingga berdarah oleh anak-anak dan wanita-wanita kaum Tsaqif namun beliau membalasnya dengan doa.
Mendengar ini, mengapa kamu masih tak peduli?
Dan dalam ketidakpedulianmu itu, tiba-tiba berkata:
"Cinta itu bukan sekadar kata-kata! Seribu puisi yang kaucipta tak ada guna, bila engkau tak punya keberanian untuk membuktikannya."
Seketika dadaku bergemuruh, keberanianku runtuh, kata-kata yang telah kurangkai semalaman tersangkut di tenggorokan, kemudian lenyap pada detik kesepuluh.
@apostrof.id