Ia lahir dari keluarga miskin tak terpandang. Bisa dibilang ia berwajah pas-pasan, tak tampan, lusuh, hitam, dan pendek. Sehingga kerapkali ia dihina karena keadannya tersebut.
Satu hari, Nabi berjalan di sekitar rumah Julaibib. Nabi bertanya apakah ia tidak ingin menikah.
"Siapakah orangnya yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini Ya Rasulullah?," kata Julaibib sambil tersenyum.
Menanggapi jawaban Julaibib, Nabi juga tersenyum dengan lembut.
Di hari berikutnya, Nabi kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Dan Julaibib kembali memberikan jawaban yang tidak jauh berbeda.
Tiga hari berturut-turut, Nabi menanyakan pertanyaan itu.
Pada hari ketiga, selain bertanya, Nabi dengan lembut menarik tangan Julaibib dan membawanya ke sebuah rumah pimpinan Anshar, dengan tujuan meminang putrinya.
"Tentu ya Rasulullah, dengan senang hati," jawab pimpinan Anshar dengan hati gembira.
"Tapi aku melamar putrimu bukan untukku," jelas Nabi.
"Lalu untuk siapa, Ya Rasulullah," tanya pimpinan Anshar begitu penasaran.
"Untuk sahabatku, Julaibib." jawab Nabi singkat.
Mendengar jawaban Nabi, pimpinan Anshar itu terdiam. Dia tahu kalau Julaibib adalah pemuda buruk rupa serta miskin. Ia harus berpikir ribuan kali untuk menerima permintaan Rasulullah.
Dari belakang terdengar lembut suara gadis ikut masuk dalam percakapan.
"Ayah, ibu, apakah kalian akan menolak pinangan Rasulullah?," suara putrinya yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka keluar dari kamarnya.
"Jika Rasulullah yang melamar, apakah ayah dan ibu akan menolak? Aku sekali-kali tidak akan menolaknya. Aku yakin Rasulullah tidak akan membuat kita sengsara," lanjut putri pimpinan Anshar tersebut.
Pernyataaan tegas dari putrinya membuat pimpinan Anshar dan istrinya tak bisa berkutik dan luluhlah hati mereka.
Setelah kesabaran dan penantian panjang, akhirnya Julaibib mendapatkan seorang bidadari dunia yang cantik dan baik hati.
Tak berselang lama, setelah upacara pernikahan berlangsung, seruan jihad bergema memanggil. Julaibib langsung bergegas berangkat.
Ketika perang selesai, Rasulullah bertanya kepada para sahabat lain. Para sahabat itu tengah menggotong mayat-mayat mujahid.
"Apakah kalian kehilangan seseorang?," tanya Rasulullah.
"Tidak ya Rasulullah. Semua sudah kita temukan," jawab salah seorang sahabat.
"Apakah kalian kehilangan seseorang?" Rasulullah kembali bertanya.
"Tidak ya Rasulullah. Semua pasukan sudah kembali, yang syahid sudah kita temukan." Sahut salah satu sahabat.
"Apakah kalian kehilangan seseorang?" Pertanyaan itu sampai diulang tiga kali. "Aku kehilangan Julaibib," kata Nabi.
Sahabat yang lain tak pernah terpikir dengan nama tersebut. Setelah disebut Rasulullah, kemudian mereka baru bersegera mencari Julaibib ke sana ke mari.
Ketika ditemukan, Julaibib telah berpulang menuju Rabbnya. Tanpa segan, Rasulullah mengangkat tubuh sahabatanya itu menggunakan kedua tangannya. Nabi pula yang memasukkan jasad Julaibib ke liang lahat.
"Julaibib adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian dari Julaibib," Rasulullah mengulangi kalimat itu dua kali.
Begitulah kisah Julaibib. Tak dikenal di mata khalayak, namun di mata Rasulullah begitu istimewa. Lewat kesabarannya, Julaibib baru saja mendapatkan bidadari dunia, namun ternyata bidadari surga lebih merindukannya.
Allah SWT segera memanggilnya dan menikahkannya dengan bidadari surga.
@apostrof.id