Malaikat itu Bernama Ibu


"Nak, itu apa?" Tanya sang ibu pelan kepada sang anak yang tengah duduk di bangku teras rumah, sambil memainkan ponselnya.

"Itu burung, Bu." Jawabnya singkat.

"Yang itu, apa?"

"Itu burung, Bu."

"Kalau yang itu?"

"Sudah kukatakan berapa kali. Itu burung!" Bentak sang anak pada ibunya.

Sang ibu terdiam. Tubuh rentanya bergetar ketika ia mencoba bangun dari duduknya. Berjalan terbungkuk memasuki rumahnya.

Sang anak tak peduli. Merah di wajahnya menandakan amarah masih menyelimuti hatinya.

Tak berselang lama, sang ibu keluar membawa sebuah album foto berwarna biru tua yang masih terawat. Dengan sekuat tenaga ia mencoba sampai di tempat duduk semulanya.

Sang anak masih tak peduli.

Air mata menetes di atas sebuah foto lama yang menggambarkan seorang ibu yang menggendong anak berusia lima tahun.

"Kamu tahu nak?" Suaranya tertahan.

"Di tempat yang sama, anak di foto ini dulu begitu suka bertanya. puluhan kali ia menanyakan hewan-hewan yang terbang di atas pohon depan rumahnya. Dan aku selalu menjawab pertanyaannya dengan lembut dan sabar: Itu burung, sayangku."

Sang anak tak mengerti.

"Sedangkan di masa tuaku sekarang ini, aku baru bertanya tiga kali, aku sudah dibentak. Apakah aku salah?"

Mendengar itu, sang anak langsung melempar ponselnya. Bersujud dan mencium kaki ibunya. Air mata mengalir deras darinya.

Penyeselan menyelimuti perasaan sang anak. Sang ibu memintanya untuk bangun. Kemudian ia bangun dan memeluk erat ibunya.

"Ibu, maafkan aku."

"Iya nak, ibu maafkan. Ibu sayang kamu."

Begitulah hati seorang ibu. Betapa seringnya ia dicampakan. Betapa sering ia tak dipedulikan oleh anak-anaknya. Betapa kesepian selalu menghantui masa tuanya, pintu maaf selalu terbuka lebar darinya.

Ya Allah, terima kasih Engkau telah menurunkan seorang malaikat. Malaikat itu bernama ibu.

@apostrof.id


1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak