Kisah Cinta Ali dan Fatimah


Hati Ali terketuk pertama kali sejak menyaksikan betapa lembut dan sabarnya Fatimah membasuh dan mengobati luka ayahnya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yang terluka akibat berperang.

Sejak saat itulah perasaan Ali kepada Fatimah semakin dalam. Namun, ia hanya mampu mengagumi Fatimah dalam diam sebab menyadari bahwa ia hanyalah seorang pemuda miskin yang tak mempunyai apa-apa.

Betapa hancur dan kecewa perasaannya ketika mendengar Fatimah dilamar oleh orang yang tinggi kedudukannya di hadapan Allah dan Rasul. Pria itu menghadap dan mengutarakan niatnya untuk melamar putri kesayangan Rasulullah, Fatimah Az Zahra.

Nabi SAW menolak lamaran Abu Bakar Ash Shidiq dengan berkata,
"Dia masih kecil."

Tenanglah hati Ali.

Tak berselang lama, perasaan dan hati Ali kembali berguncang, ketika mengetahui Fatimah dilamar oleh seorang pria yang gagah perkasa. Bahkan setan pun tak berani melewati jalan yang dilaluinya, Umar Bin Khatab.

Fatimah menolak lamaran itu.

Betapa hati dan perasaan Ali kembali tenang. Meski begitu ia belum berani menyatakan perasaannya.

Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah berdoa dan memasrahkan segalanya pada Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia.

Rindu dan gelisah yang terus berkecamuk dalam dada Ali, akhirnya membuat ia memberanikan diri untuk menghadap Nabi.

“Kamu datang, ada apa? Ada kebutuhan apa?”

Mendengar itu, Ali hanya bisa diam.

Beliau kembali bertanya,
“Kamu datang untuk melamar Fatimah?”

“Ya.” Jawab Ali.

“Berikan mahar kepadanya!” Pinta Nabi.

“Aku tidak punya apa-apa.” Jawab Ali.

Lalu Nabi bertanya,

“Mana tameng Huthamiyah milikmu?”

“Ada di tempatku.” Jawabku.

“Berikan kepadanya!”

Rasa syukur tak henti-hentinya diucapkan oleh Ali, setelah Nabi menerima lamarannya. Ia akhirnya menikah dengan seorang gadis yang telah lama dicintainya dalam diam.

Pernikahan antara Ali dan Fatimah berlangsung penuh hikmah. Setelah menikah dengan Fatimah, sesaat hati Ali kembali dibuat hancur setelah Fatimah mengatakan bahwa ia pernah mencintai seorang pemuda sebelum menikahinya.

Ia adalah seorang pemuda yang mampu membuat detak jantung Fatimah berdegup lebih kencang setiap kali berada di dekatnya. Ia adalah pemuda sederhana namun sangat mulia dan istimewa di hadapan Allah, Rasulullah serta seluruh umat muslim.

Mendengar itu, perasaan Ali menjadi gelisah. Kejujuran Fatimah membuatnya terjatuh dalam kesedihan.

Namun, kesedihan tersebut tak berlangsung lama, setelah Fatimah mengungkapkan kebenarannya. Ali merasa luar biasa bahagia ketika Fatimah mengatakan bahwa pemuda itu kini ada di hadapannya, Ali Bin Abi Thalib.

Oh, kawan. Betapa cinta dalam diam adalah ujian rindu paling agung. Ia senantiasa menyediakan ruang kegelisahan bagi siapa pun yang berani menjaga diri sebelum halal.

Namun, percayalah, selama terus menerus memperbaiki diri dan hanya bergantung pada Sang Pemilik hati, orang yang tepat akan datang satu hari nanti. Percayalah!

@apostrof.id
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak