Pemuda, Mari Ubah Narasi



Aku berhenti menjelaskan diriku,
sebab aku berpikir ada kesenangan yang tak perlu ditampakkan, dan ada ketenangan yang harus disembunyikan.

Ada narasi besar yang seharusnya dipikirkan matang-matang oleh seorang pemuda, bukan hanya bercerita tentang makanan mahalnya yang dipotret dan diunggah di sosial medianya.  bukan tentang seberapa jauh perjalanannya berkeliling negeri, namun nihil mengurai arti. Lebih dari sekadar kisah klasik seorang remaja yang merindui seseorang, kemudian remuk ditikam harap yang tak bersandar pada-Nya. Lebih dari kata sekadar, lebih dari ungkapan hanya.

Pemuda muslim harus menjelma dan mulai mendasari visinya untuk ratusan tahun ke depan, dalam segala bentuknya. Mahasiswa yang vokal menyuarakan aspirasi rakyat; penjaga loket yang lembut senyumnya; vlogger yang terjaga tutur katanya; olahragawan yang sportif mainnya; hingga tukang ojek yang santun pekertinya. 

Pemuda muslim bisa menjadi apa pun, dimana pun berada. Satu hal yang membedakannya, niat mereka didasari syiar, keringat mereka bukti kesabaran, senyum mereka menghembuskan keikhlasan. sehingga menjadi apa pun mereka, lelah mereka berhilir Lillah. Satu yang mampu menyatukan hari-hari bising mereka, ketika Adzan Dzuhur berkumandang, hati mereka saling tertaut oleh Syaf-syaf rapat sholat berjamaah.

Mari ubah narasi, bila kita tak mampu mengajak seseorang ke dalam kebaikan, awali dari sendiri. Tak perlu mengatakan "Saya Baik, saya paling islami." Jangan merasa paling tinggi dan jangan menghakimi. Kamu tahu kenapa Iblis diusir dari surga? Sebab ia berkata "Aku lebih baik dari dia (Adam)."

Cukup diam dan tabur setakup senyum di tiap aktivitas yang menggambarkan makna sabar dan ikhlas.

Sehingga mereka sadar bahwa agama ini membawa kebaikan dimana pun, kapan pun, dan dalam segala bentuknya. Mengalir di antara sekat-sekat sosial kehidupan masyarakat, tidak hanya dibatasi oleh sutrah sujud di dalam masjid.

Bila telah demikian, kebangkitan umat ini hanya sejarak iqomah dan solat fardhu yang hendak didirikan. Setelah itu, mari bersiap untuk narasi yang lebih besar.

@apostrof.id

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak