Yusuf menolak ajakan Zulaikha. Sekuat tenaga Yusuf mencoba keluar dari kamar bertujuh pintu itu. Zulaikha menarik Yusuf dari belakang untuk menghalanginya keluar dan menahan gamisnya hingga robek. Tiba-tiba Al Aziz datang.
Di hadapan suaminya, Zulaikha menuduh Yusuf sebagai orang yang khianat serta berupaya menzaliminya.
Maka Al Aziz meminta penyelesaian kepada salah seorang keluarganya, lalu anggota keluarga itu berkata tanpa ragu, “Lihatlah! Jika baju gamisnya koyak di depan, maka Zulaikha benar dan Yusuf berdusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka Zulaikha yang berdusta, dan Yusuf-lah yang benar.”
Melihat robeknya baju belakang Yusuf, Al Aziz tahu Zulaikha sedang berdusta. Namun, Al Aziz meminta Yusuf untuk membiarkan masalah ini dan tidak membicarakannya di depan seorang pun. Kemudian Al Aziz meminta istrinya meminta ampun kepada Allah atas kesalahannya.
Kejadian ini tersebar cepat di penjuru kota. Menjadi pembicaraan hangat melalui mulut dan mata. Menyiasati hal ini, Zulaikha mengundang kaum wanita. Mereka dibekali pisau dan buah serta disediakan tempat sedemikian rupa.
Maka berjalanlah Yusuf di antaranya. Terpesonalah kaum wanita akan ketampanan Yusuf. Hingga tanpa sadar, pisau yang digunakan melukai tangan mereka.
Berkatalah Zulaikha,
"Itulah Yusuf, orang yang kamu cela, karena aku tertarik kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya kepadaku. Akan tetapi, dia menolak ... "
Betapa ampuhnya strategi Zulaikha untuk menghentikan celaan penduduk kota terhadap dirinya. Hingga kaum wanita memaklumi kenapa Zulaikha merayu dan menggoda Yusuf. Hampir saja terjadi fitnah karena rasa cinta berlebih kaum wanita kepada Yusuf.
Maka Al Aziz memandang perlu agar Yusuf dipenjara selama beberapa waktu.
Di tengah keadaan seperti itu, Yusuf berucap
“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku..."
Betapa Yusuf memancarkan keindahan rupa dan akhlak. Wajahnya memancar terang bagai sinar rembulan dan akhlaknya berperangai indah memancarkan keimanan.
Bagaimana tidak? Siapa lagi yang tetap bersabar padahal dirinya dilempar ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya?
Siapa lagi yang lebih senang dipenjara daripada melayani fitnah wanita-wanita kota? Dan satu ujian terberat bagi seorang laki-laki, ketika mampu menahan syahwatnya di hadapan rayuan wanita cantik dalam satu ruang tertutup, padahal sebenarnya Yusuf pun menaruh rasa yang sama.
Siapa yang mampu bersabar atas itu semua? Tidak lain dan tidak bukan dialah Yusuf, putra Ya'qub.
Beruntunglah wanita yang mendapatkan sosok sesempurna Yusuf. Maukah kuberitahukan bagian paling menarik dari kisah ini? Kalau iya, izinkan cerita ini berlanjut.
Bahwa wanita yang mampu mendapatkan Yusuf adalah wanita yang punya masa lalu kelam. Wanita yang pernah merayu Yusuf untuk melakukan perbuatan keji dalam kamar terkunci. Dia pula yang menuduh Yusuf sebagai orang yang berkhianat dan hendak menggaulinya. Dialah Zulaikha.
Setelah Al Aziz meninggal, Zulaikha tak lagi berharta. Ia menjadi wanita yang miskin, pipinya rapuh dilahap usia, tubuhnya membungkuk menahan cinta dan rindu.
Zulaikha tinggal di gubuk tepi jalan, di tempat terpencil. Di sanalah ia mendapatkan hidayah dari Allah untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Penderitaan begitu panjang dirasakan Zulaikha, hingga suatu ketika Allah mengabulkan doanya. Lewatlah rombongan Yusuf, yang kala itu menjadi penguasa Mesir, melewati rumah Zulaikha.
Zulaikha lalu berteriak,
"Maha Suci Allah yang dengan rahmat-Nya telah menjadikan budak menjadi seorang raja!"
Mendengar itu, Yusuf bertanya,
"Siapakah dirimu?"
Zulaikha menjelaskan semuanya. Tentang dirinya. Tentang perutnya yang tak lagi kenyang semenjak merindukan Yusuf. Tentang tidurnya yang tak lagi nyenyak sejak melihat Yusuf.
"Apakah engkau Zulaikha?"
"Iya, aku Zulaikha!"
"Dimanakah harta dan kecantikanmu?"
"Semuanya telah hancur karena rasa rinduku padamu."
Yusuf pun terenyuh. Dengan kasih sayang-Nya, tubuh rentanya disegarkan kembali menjadi wanita muda, cantik nan memesona.
Ketika Zulaikha mengutarakan keinginannya untuk senantiasa mendampingi Yusuf, turunlah titah ilahi yang mengizinkannya untuk menikahi Zulaikha. Yusuf pun menerimanya.
Dan Allah meletakkan rasa cinta dan rindu kedalam hati Yusuf. Sekarang semuanya telah berubah, yang dulunya Zulaikha adalah orang yang sendirian merindukan Yusuf, sekarang ia pun dirindukan. Yang dulunya Zulaikha hanya mampu mencintai, sekarang ia pun dicintai.
Mereka bersatu dalam rajutan agama tauhid Ibrahim dan Ya’qub. Dalam kebahagiaan itu, tahulah Yusuf bahwa Zulaikha masih terjaga kesuciannya.
“Al Aziz memang laki-laki pertama yang telah melihat tamanku, tapi dia tak pernah sampai bisa memetik kuncup mawar di sana. Dia tidak pernah sampai bisa memuaskan nafsunya, sehingga saat ini aku bisa menyerahkannya dengan aman kepadamu.”
Ucap Zulaikha yang membuat Yusuf semakin jatuh cinta.
Benarlah ucapan Eyang Yusuf Habibie pada Ainun,
"Masa lalu kamu adalah milik kamu. Masa depan adalah milik kita berdua."
Begitulah kisah cinta Yusuf dan Zulaikha.
@apostrof.id